Nusantaratv.com-Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump secara resmi mengumumkan kebijakan tarif dasar dan bea masuk untuk sejumlah negara di dunia yang menjadi mitra dagangnya termasuk Indonesia, pada Rabu (2/4/2025).
Trump menyebut hari di mana pengumuman itu disampaikan sebagai “Hari Pembebasan” untuk membawa AS sejahtera lagi.
Dalam daftar yang disampaikan, Indonesia dikenai tarif timbal balik sebesar 32 persen.
“Dalam banyak kasus, terutama dalam hal perdagangan, kawan lebih buruk daripada lawan,” kata Trump di saat mengumumkan kebijakan itu di Gedung Putih.
“Kita mensubsidi banyak negara dan membuat mereka berbisnis dan maju,” lanjutnya.
“Mengapa kita melakukan ini? Maksud saya, kapan kita bisa mengatakan kalian harus bekerja untuk diri sendiri… Kita akhirnya mengutamakan Amerika," kata Trump.
Menurut dia, defisit perdagangan bukan lagi sekadar masalah ekonomi. Defisit, lanjut Trump, adalah kondisi darurat nasional.
"Itu adalah deklarasi kemerdekaan kita," kata Trump dari Taman Mawar, Gedung Putih, dilansir dari Kemendag.go.id.
Besaran tarif yang dikenakan terhadap Indonesia hanya berbeda 2 persen dari China, “lawan berat” AS, yaitu 34 persen. Dua negara ASEAN, yakni Thailand dan Vietnam, juga mendapat “tekanan” tarif yang cukup besar, masing-masing 36 persen dan 46 persen.
Merujuk laman resmi Kementerian Perdagangan RI, AS memang merupakan penyumbang surplus perdagangan nonmigas nasional tahun 2024. Angka surplus perdagangan Indonesia-AS sebesar 16,08 miliar dollar AS dari total surplus perdagangan nonmigas 2024, yaitu sebesar 31,04 miliar dollar AS. Ekspor nonmigas Indonesia ke AS antara lain berupa garmen, peralatan listrik, alas kaki, dan minyak nabati.
Sebelum mengumumkan tarif timbal balik baru itu, Trump telah mengenakan bea masuk sebesar 20 persen untuk semua produk yang diimpor dari China. Ia pun telah mengenakan bea masuk sebesar 25 persen untuk baja dan aluminium yang diekspor ke AS.
Dunia diprakirakan akan segera bersikap atas langkah Trump. Sebelum pengumuman itu disampaikan, aktivitas manufaktur di seluruh dunia dikabarkan melambat. Pasar keuangan bergejolak karena investor menunggu pengumuman Trump.