Nusantaratv.com - Wakil Ketua Komisi X DPR RI Abdul Fikri Faqih menyebut bahwa perbedaan yang jauh terkait jumlah lulusan S2 dan S3 antara Indonesia dengan Malaysia maupun Singapura dan Vietnam, telah lama terjadi. Sehingga, seharusnya Pemerintah dalam merespons hal itu tidak cukup dengan menaikkan skema anggaran pendidikan. Tapi, juga perlu desain besar pendidikan seperti apa yang ingin dibangun.
“Sejak lama Komisi X sesungguhnya ketika Menteri (Mendikbudristek) ini dilantik lantas kita minta desain besar dari pendidikan itu ke depan mau apa? Mau ke vokasi kah atau ke akademik atau ke profesi?” ujar Fikri ketika ditemui Parlementaria di Gedung Nusantara II, DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (16/1/2024)
“Tentu kalau bicaranya sarjana berarti kan akademik. Nah kalau akademik, berarti nanti itu sarjana dan tidak (cukup hanya) sarjana tergantung orientasinya mau ke mana. Kalau ke vokasi kan bukan sarjana.” Lanjutnya.
“Karena 2024 dan selanjutnya akan ganti kepemimpinan dan kita harus membangun dari SDM”
Maka dari itu, ia menilai peringatan dari Presiden RI Joko Widodo tersebut perlu ditanggapi secara serius dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan, terutama pendidikan tinggi. Ia menjelaskan bahwa anggaran pendidikan pada tahun 2024 telah naik sebesar Rp17 triliun. Meski demikian, menurutnya perlu diperhatikan apakah dialokasikan seluruhnya untuk pendidikan tinggi atau tidak.
“Sekali lagi, sentilan ini yang menurut saya mungkin agak terlambat. Tetapi lebih baik terlambat daripada tidak disadari segera, karena 2024 dan selanjutnya akan ganti kepemimpinan dan kita harus membangun dari SDM,” pungkas Politisi Fraksi PKS ini,
Diketahui, Presiden Jokowi menyebutkan rasio penduduk berpendidikan S2 dan S3 terhadap populasi produktif di angka 0,45 persen. Adapun negara tetangga, seperti Vietnam dan Malaysia, sudah di angka 2,43 persen, sedangkan pada negara maju 9,8 persen.
Presiden RI Joko Widodo menyebut upaya untuk menyusul rasio penduduk berpendidikan S2 dan S3 ini membutuhkan anggaran di tengah tekanan berat fiskal negara. Terlebih, SDM bisa menjadi sangat penting dalam 5-10 tahun ke depan dan akan menjadi kunci. Oleh karena itu, dirinya meminta agar pembiayaan pendidikan dan riset harus terus diupayakan seoptimal mungkin.