Nusantaratv.com - Anggota DPR RI Rieke Diah Pitaloka berharap Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang digelar di Bali pada 15-16 November 2022 bisa menghasilkan komunike bersama dan kesepakatan yang bisa jadi revolusi kemanusiaan.
Rieke menyoroti demikian karena merujuk gambaran situasi dunia saat ini. Dia berpandangan semangat Konferensi Asia-Afrika (KAA) 1955, KTT Non-Blok di Beograd 1961 masih tetap relevan, aktual, dan vital.
"Pendapat ini berpijak dari fakta bahwa kemajuan perekonomian dan teknologi telah gagal mengangkat harkat dan martabat manusia setinggi-tingginya," kata Rieke dalam keterangan persnya, Jumat (18/11/2022).
Dia memahami Presiden pertama RI Sukarno atau Bung Karno dalam KTT di Beograd 1961 menggagas Revolution of Mankind. Gagasan itu menyangkut revolusi kemanusiaan yang tidak terjebak pada istilah perang atau damai.
"Ini persoalan martabat manusia, martabat bangsa-bangsa. Bukan sekadar persoalan damai atau perang," jelas Politisi PDI Perjuangan yang juga Anggota Komisi VI DPR RI itu.
Selain itu, Rieke menolak siklus perang untuk damai. Begitu juga dia tak menerima argumentasi perang untuk dominasi ekonomi atau dominasi ekonomi untuk perang. "Dari gagasan Bung Karno dan pemikiran tersebut, maka menurut saya perjuangan membangun tata dunia baru sudah seharusnya berintikan nilai-nilai dan rasa kemanusiaan," ujar Rieke.
Menurut Legislator Dapil Jawa Barat VII itu, perjuangan itu ditandai dengan komitmen pada perjuangan mengejar perdamaian. Namun, juga komitmen terhadap perjuangan menghilangkan neo imperialisme dan neo kolonialisme. "Committed kepada perjuangan untuk memberikan kehidupan yang bahagia kepada rakyat kita masing-masing," ujarnya.
Maka itu, Rieke merekomendasikan agar G20 menghasilkan komunike bersama. Hal itu seperti KAA 1955. "Revolution of Mankind seperti yang terpatri dalam arsip KAA 1955 di Bandung dan KTT Non-Blok Pertama 1961 di Beograd," tutur politisi yang juga Duta Arsip Nasional Republik Indonesia tersebut.