PARLEMENTARIA, Bandar Lampung – Komisi VII DPR RI melakukan Diskusi Grup Terpumpun (FGD) dengan PT Bukit Asam dalam rangkaian Kunjungan Kerja Spesifik ke Bandar Lampung. Dalam kesempatan itu, Anggota Komisi VII DPR RI Nasril Bahar menilai PT Bukit Asam membutuhkan dukungan Pemerintah terkait penambahan moda transportasi. Sebab, menurut laporan yang diterimanya, sebanyak 10 juta ton batubara yang berhasil digali masih menumpuk dikarenakan tidak ada transportasi yang mengangkut dari tambang.
PT Bukit Asam sejauh ini terkendala dengan kurangnya moda transportasi untuk mengangkut batubara. Termasuk, belum terpenuhinya transformasi energi untuk menghasilkan green energy melalui gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME).
"Menumpuknya atas galian batu bara yang hari ini sampai hari ini ada 10juta ton yang belum bisa keluar belum bisa terangkut dari tambang padahal itu sudah digali sudah dikeluarkan. Nah ini harus dicarikan solusinya bagaimana bentuk sinergi yang harus dibangun, baik dengan Pemerintah swasta sesama BUMN dan sebagainya. Ini saya pikir ke depan juga akan kita mencarikan solusi yang terbaik untuk PT. BA ini," ungkapnya kepada Parlementaria di Bandar Lampung, Kamis (23/11/2023).
Sementara terkait transisi energi, Nasril menekankan bahwa mau tidak mau, suka tidak suka PT. Bukit Asam harus dapat mencari alternatif merubah energi fosil menjadi green energy (energi hijau). Transformasi energi ini, menurutnya, bukanlah hal baru. Karena itu, PT. Bukit Asam dapat meniru negara-negara yang sudah berhasil mengelola energi tersebut.
"Transformasi bisnis ini sesungguhnya bukan barang baru lagi yang harus kita ciptakan, tetapi bagaimana kita bisa meniru DME-DME yang sudah berhasil katakanlah di Amerika (dan) di Afrika. Nah ini yang sesungguhnya belum kesampaian di dalam (negeri) kalau di roadmap-nya sudah, tetapi bagaimana action-nya ke depan tentunya ini kita harus memberikan support juga kepada bukit asam," tutup Politisi Fraksi PAN itu.
Seperti diketahui, PT. Bukit Asam saat ini belum memiliki investor pengganti setelah mundurnya perusahaan petrokimia asal Amerika Serikat, Air Products and Chemical Inc, dari konsorsium proyek gasifikasi batubara menjadi dimethyl ether (DME) yang dilakukan PT. Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT. Pertamina (Persero).
Direktur Utama PTBA Arsal Ismail menuturkan pihaknya sampai saat ini masih mencari dan melakukan negosiasi dengan para calon investor untuk dapat menggantikan Air Products juga melanjutkan konsorsium proyek DME tersebut.