Nusantaratv.com - Anggota Komisi VII DPR RI Dyah Roro Esti mengatakan, berdasarkan data yang disampaikan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), bahwasannya ada persaingan antara fossil energy dan renewable energy dalam menarik investasi.
Mengingat saat ini momentum terjadinya transisi energi bukan hanya di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. Dyah Roro menekankan, saat para stakeholder meningkatkan aktivitas hulu migas, perlu diiringi juga dengan penggunaan teknologi Carbon Capture, Utilization and Storage (CCUS) atau teknologi pencegahan peningkatan emisi karbon.
"Pertanyaaannya, adalah mengenai bagaimana progres setiap K3S (Kontraktor Kontrak Kerja Sama) dalam pantauan SKK Migas yang selama ini menerapkan teknologi tersebut, progresnya seperti apa, lalu teknologi yang digunakan dari mana, agar kita mengetahui K3S mana saja yang selama ini sudah melakukan inovasi yang pada dasarnya juga dibutuhkan dalam rangka bagaimana kita bertransisi," kata Dyah Roro dalam Rapar Dengar Pendapat (RDP) Komisi VII DPR dengan Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Rabu (16/11/2022).
Politisi Partai Golkar itu menilai pada dasarnya Indonesia kaya akan segala resources, baik energi yang berasal dari fosil maupun energi baru dan terbarukan. Menurutnya, dalam proses transisi energi, perlu adanya penguatan pada penggunaan teknologi CCUS, agar dapat berkontribusi pada pengurangan emisi karbon.
Di sisi lain, Dyah Roro mengapresiasi Reserves Replacement Ratio (RRR) atau penemuan cadangan sebagai ganti dari minyak atau gas yang diambil per 31 Oktober 2022 telah mencapai 110 persen. Namun, menurutnya, lifting minyak Indonesia masih jauh dari target 1 juta barel minyak per hari pada tahun 2030 mendatang.
"Pada dasarnya kita masih jauh dari target (1 juta barel per hari) itu, walaupun RRR kita notabenenya sudah bagus. Nah oleh karena itu, saya juga dapat informasi bahwa untuk mencapai 1 juta barel per day itu dibutuhkan investasi sebesar 160 miliar dolar AS. Kita mungkin bisa asumsi setiap tahunnya 16 miliar dolar AS, atau berdasarkan paparannya kalau tahun ini ditargetkan 13,2 miliar dolar AS, namun pencapaiannya di kisaran 9,2 miliar dolar AS. Maka yang saya ingin tanyakan kendala apa yang dihadapi selama ini dari segi investasinya, penghambat terbesarnya itu apa?" tanya legislator dapil Jawa Timur X itu.
Sebelumnya, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengakui bahwa kenaikan harga minyak yang bertahan di posisi atas 90 dolar AS per barel, bahkan hingga menyentuh nyaris 128 dolar AS per barel pada Maret 2022 lalu, rupanya tak cukup untuk menggairahkan investasi di sektor hulu migas di Tanah Air.
Perusahaan justru memilih memperkuat dana tunai (cash) dan menahan investasinya. Menurut Dwi, kondisi ini tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga di investasi hulu migas dunia. Berdasarkan data SKK Migas, realisasi investasi sektor hulu migas RI belum mencapai target. Hingga Oktober 2022 realisasi investasi sektor hulu migas baru mencapai 9,2 miliar dolar AS atau 70 persen dari target investasi tahun ini sebesar 13,2 miliar dolar AS.
Meski demikian, outlook investasi hulu migas hingga akhir tahun ini diperkirakan akan meningkat 11 persen dibandingkan tahun 2021 yang hanya 10,9 miliar dolar AS menjadi 12,1 miliar dolar AS. Kemudian Dwi menjelaskan, Reserves Replacement Ratio (RRR) atau penemuan cadangan sebagai ganti dari minyak atau gas yang diambil per 31 Oktober 2022 telah mencapai 110 persen.
Sehingga penambahan cadangan menjadi 637 MMBOE (Million Barrels of Oil Equivalent). Komitmen investasi dari persetujuan Rencana Pengembangan atau Plant of Development (POD)/Optimasi Pengembangan Lapangan-Lapangan (OPLL) hingga Oktober 2022 mencapai 12,7 miliar dolar AS.
"Aktivitas utama hulu migas semakin masif dan agresif khususnya diekspolitasi, di pengembangan. Untuk pengeboran dari tahun yang lalu 480 sumur, tahun ini Insha Allah outlook kita di 800 (sumur). Sehingga cukup besar. Dan kemudian demikian juga workover (542 sumur dengan realisasi 93 persen), well service (25.020 kegiatan dengan realisasi 85 persen) meningkat cukup tajam. Pengembangan ini menjadi perhatian dari seluruh K3S, karena ini yang langsung berdampak kepada tambahan produksi," tukas Dwi.