Nusantaratv.com - Anggota Komisi V DPR RI Toriq Hidayat menilai predikat Tol dengan kontur yang sangat baik dan ideal yang diperoleh Tol Cipali (Cikopo-Palimanan) dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) sangat ironis.
Mengingat berdasarkan penyampaian Direktorat Jenderal Darat Kementerian Perhubungan (Dirjen Darat Kemenhub), jalur Cipali memiliki angka fatalitas kecelakaannya paling tinggi di Indonesia.
"Sebuah lembaga yang berfokus pada investigasi dan penelitian kecelakaan transportasi menyematkan Tol Cipali memiliki infrastruktur yang baik, sekaligus memiliki pelayanan yang baik. Namun sayangnya sebagaimana dikeluhkan Dirjen Darat Kemenhub, angka fatalitas kecelakaannya paling tinggi," ujar Toriq dalam keterangan tertulisnya, Senin (20/2/2023).
Dia menambahkan, dari data Kementerian Perhubungan (Kemenhub) terungkap setidaknya rerata setiap kilometernya ada 1 korban jiwa. Memiliki predikat yang serba baik itu, secara tidak sadar, membuat pengendara justru terlena dan memacu kendaraan melebihi batas kecepatan di jalur tol ini.
Hal ini menimbulkan perbedaan kecepatan yang sangat besar antara satu kendaraan dan kendaraan lainnya. "Hasil penelitian KNKT dengan Badan Litbang Kemenhub, gap kecepatan disana lebih dari 100 km/jam. Hal ini sangat berbahaya. IRAP (International Road Assessment Programme) hanya merekomendasikan gap kecepatan ini maksimal 30 km/jam. Lebih dari itu maka risiko tabrak depan belakang meningkat," tutur Toriq.
Selain itu, menurutnya Tol Cipali berada di titik lelah pengemudi. Kelelahan itu juga berpotensi menimbulkan microsleep, yaitu suatu kejadian hilangnya kesadaran atau perhatian seseorang karena merasa lelah atau mengantuk. Umumnya keadaan ini berlangsung sekitar sepersekian detik hingga 10 detik penuh.
"Atas kenyataan ini, Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) harus berupaya menekan angka fatalitas kecelakaan di jalur Cipali. Sebagaimana rekomendasi KNKT, yang pertama memperbanyak rest area untuk mengatasi kelelahan pengemudi. Kedua mengurangi kecepatan kendaraan pribadi melalui 'chevron reducing marking' dan 'dragon teeth' pada lajur lalu lintas," jelas Toriq.
Selain itu, yakni memberikan tipuan mata pada pengemudi, sehingga mereka lebih waspada dan tidak memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi. Ketiga, mengatur pengoperasian kendaraan barang di tol, terutama truk ODOL.
"Terakhir, mengatur agar truk memasang perisai di kolong belakang untuk mencegah kendaraan yang masuk ke kolong yang mengakibatkan ringsek," tutup Anggota DPR RI dari Dapil Jawa Barat XI ini.