Nusantaratv.com - Hingga 24 Oktober 2022, tercatat ada 251 kasus Gangguan Ginjal Akut (GGA)/ Acute Kidney Injury (AKI) pada anak di Indonesia sepanjang tahun 2022.
Sebelumnya, IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) dan beberapa rumah sakit telah melaporkan adanya lonjakan kasus GGA sejak Agustus dan September 2022 silam.
Anggota Komisi IX DPR RI Ratu Ngadu Bonu Wulla mengingatkan pemerintah agar memberikan perhatian khusus kepada pasien anak yang sedang dirawat yang terkonfirmasi Gangguan Ginjal Akut.
Ratu meminta Pemerintah Provinsi untuk aktif turun tangan dalam penanganan pasien, terutama pada daerah-daerah yang memiliki fasilitas Kesehatan yang terbatas.
"Sangat diharapkan ada upaya-upaya dari pemerintah untuk penanganan, dan ini memang harus (ada) perhatian khusus. Jadi, bagi penderita yang sudah terkonfirmasi (perawatannya) harus diambil alih oleh pemerintah provinsi, karena kalau di daerah itu kan fasilitas kesehatannya sangat minim, jadi memang harus diambil alih untuk diberikan penanganan khusus. Sehingga juga jangan sampai ada yang terkonfirmasi yang baru lagi khususnya bagi anak-anak," ujar Legislator daerah pemilihan Nusa Tenggara Timur II itu.
Anggota DPR Fraksi Partai NasDem ini juga mengusulkan kepada pemerintah untuk segera membentuk 'Tim Gerak Cepat' yang melibatkan para ahli dan bahkan epidemiolog untuk melakukan investigasi penyebab sekaligus mitigasi masalah tersebut.
Menurutnya penanganan dan penelusuran harus dilakukan agar tidak ada korban baru dari kasus ini. "Saya mengusulkan kalau bisa ada 'Tim Gerak Cepat' ini dalam rangka untuk menginvestigasi terkait dengan apa penyebab gagal ginjal akut pada anak. Jadi, kalau memang sudah diketahui ini kan sudah ada langkah untuk istilahnya menyelesaikan kasus ini gitu, ada langkah cepat dari pemerintah untuk bisa mengantisipasi jangan sampai muncul lagi korban-korban baru lagi," lanjut Ratu.
Dilansir dari situs resmi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, pada tahun-tahun sebelumnya kasus GGA pada anak umumnya hanya terkonfirmasi 1-2 kasus perbulan namun jumlah kasus tiba-tiba melonjak menjadi 35 kasus per bulan pada Agustus lalu.
Kemenkes dan BPOM masih melakukan penelusuran terhadap penyebab GGA, selain itu pemerintah juga melakukan pembelian antidotum fomepizole dari Singapura untuk pasien GGA yang dirawat di RSCM.