Nusantaratv.com - Anggota Komisi XI DPR RI Eriko Sotarduga menyarankan agar PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., mengakuisisi Bank Pembangunan Daerah (BPD) di seluruh Indonesia sebagai salah satu langkah transformasi bisnis.
Menurutnya, dengan adanya kecanggihan teknologi, maka akan berdampak pada persaingan pemberian kredit akan semakin ketat.
"Konsep dari perbankan ini sudah sangat berubah, dengan adanya teknologi yang luar biasa ini bagaimana nanti persaingan itu? Nanti peer to peer lending bisa semua (memberikan kredit) tidak perlu lagi perbankan. Saya menyarankan Pak Dirut, mengapa BRI tidak mengakuisisi seluruh BPD di Indonesia?" ujar Eriko dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi XI dengan Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., dengan agenda pembahasan kinerja keuangan, di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Selasa (24/1/2023).
Politisi Fraksi PDI Perjuangan ini mengatakan BRI maupun BPD memiliki pangsa pasar yang sama. Sehingga, sangat memungkinkan untuk diadakan akuisisi dan dilanjutkan dengan mengubah kantor BPD menjadi cabang-cabang BRI.
Menurutnya, jika diakumulasi, aset seluruh BPD di 34 provinsi berada dalam kisaran Rp1.000 triliun dengan hanya beberapa BPD yang tercatat memiliki nilai yang besar. Di sisi lain, dia juga menyinggung resiliensi beberapa BPD yang bermodal kecil dalam menghadapi persaingan ke depan.
"BPD-BPD itu yang modalnya kecil bagaimana bisa bertahan? Mengapa BRI nggak mengakuisisi semua ini? Nanti BRI menjadi bank KUR terbesar di dunia. Lha pangsa (pasar)-nya sama. Why not diakuisisi dan kemudian kantor itu menjadi kantor cabang semua dari BRI," lanjutnya.
Legislator Dapil DKI Jakarta II itu kemudian menegaskan dukungannya untuk memfasilitasi pertemuan BRI dengan para kepala daerah.
Dia memprediksi, para kepala daerah akan menyambut baik hal ini, terlebih banyak daerah yang setiap tahunnya harus memberikan tambahan modal kepada BPD. Dengan langkah itu, dia optimis aset BRI akan menjadi semakin besar.
"Apa nanti kita fasilitasi (pertemuan) dengan kepala-kepala daerah? Daripada mereka juga pusing nanti tiap tahun nambahin modal-nambahin modal. Dari mana? Small is beautiful but big is necessary. BRI, Bank Rakyat Indonesia. Yang punya rakyat Indonesia yang 270 juta lebih itu. Kalau akuisisi supaya nanti jadi bank digital small-small-small buat apa?" tegas anggota Badan Anggaran DPR RI itu.
Sebelumnya, Anggota Komisi XI DPR RI Kamrussamad sempat memberikan usul yang berbeda. Politisi Partai Gerindra itu mendorong BRI untuk mengakuisisi bank-bank yang masuk dalam daftar buku satu dan buku dua namun yang memiliki segmentasi pasar tersendiri.
Menurutnya, hal itu dapat mengantarkan BRI menjadi kekuatan utama di industri perbankan Tanah Air. "BRI mempertimbangkan untuk bisa mengakuisisi sejumlah perbankan, bank yang baik levelnya buku satu, buku dua yang mereka memiliki segmen pasar tersendiri. Supaya BRI betul-betul bisa menjadi kekuatan utama di industri perbankan Indonesia," ujar Anggota Dewan dari Dapil DKI Jakarta III itu.
Sebagai informasi, terdapat empat klasifikasi bank berdasarkan besaran modal inti yang kemudian disebut sebagai Bank Buku 1, 2, 3, dan 4. Bank Buku satu adalah bank dengan nilai modal inti di bawah Rp1 triliun, sedangkan Bank Buku dua memiliki modal inti di rentang Rp1 triliun hingga Rp5 triliun.
BRI sendiri sebelumnya telah mengakuisisi Bank Agro Niaga pada 2011 lalu yang kemudian menjadi Bank Rakyat Indonesia Agroniaga. Pada tahun 2021, bank tersebut resmi menasbihkan diri menjadi bank digital dan berganti nama menjadi Bank Raya.