Nusantaratv.com - Pemanfaatan energi ramah lingkungan sangat dibutuhkan pada industri semen di Tanah Air.
Selain ramah, pemanfaatan energi ini juga murah. Selama ini industri semen masih memanfaatkan batu bara sebagai energi dasar untuk produksinya.
Demikian disampaikan Anggota Komisi VII DPR RI Andi Yulianis Paris di Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (17/2/2023), saat mengikuti pertemuan dengan direksi PT Semen Tonasa.
"Rata-rata pabrik semen, kan, masih pakai batu bara. Tadi saya tanyakan apakah akan gunakan biomassa atau energi surya. Harus ada kebijakan integratif dengan mengalihkan energi batu bara ke energi surya atau biomassa. Saya akan melihat penggunaan biomassa di Semen Tonasa ini," ungkapnya.
Politisi PAN itu mengatakan, Semen Tonasa sudah menghasilkan dua jenis semen berdasarkan SNI yang lebih ramah lingkungan. Produk ini sekalgus juga memberi kesadaran kolektif untuk selalu membeli produk ramah lingkungan.
Hanya saja dia mengeluhkan biaya angkut semen masih sangat mahal. Seperti diketahui, Semen Tonasa memasok semua kebutuhan semen di kawasan Indonesia timur, seperti Maluku dan Papua.
Semen ini tidak saja dibutuhkan untuk industri tapi juga untuk rakyat. Maka, diusahakan harganya terjangkau. Harga semen di Papua bisa berkali-kaki lipat lebih mahal daripada semen di Jawa. Biaya angkut dan produksi yang mahal, lanjut Andi, perlu diperhatikan pemerintah.
Pada bagian lain, Legislator Dapil Sulsel II itu mengemukakan, Komisi VII DPR menyerukan moratorium pada industri semen, karena produksinya sudah over supply.
Saat ini katanya, ada sekitar 51 juta ton semen yang belum terserap oleh pasar di dalam negeri. "Komisi VII akan mendorong moratorium. Jangan ada lagi investor bidang semen yang mematikan industri semen Indonesia yang sudah ada," harap Andi.