BAKN Serap Pandangan Akademisi UB terkait Cukai Hasil Tembakau

Nusantaratv.com - 08 Desember 2022

Ketua BAKN DPR RI Wahyu Sanjaya saat memimpin pertemuan Kunjungan Kerja Spesifik (Kunspik) ke Universitas Brawijaya (UB), Malang, Jawa Timur. (Icha/nr)
Ketua BAKN DPR RI Wahyu Sanjaya saat memimpin pertemuan Kunjungan Kerja Spesifik (Kunspik) ke Universitas Brawijaya (UB), Malang, Jawa Timur. (Icha/nr)

Penulis: Adiantoro

Nusantaratv.com - Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) DPR RI melakukan Kunjungan Kerja Spesifik (Kunspik) ke Universitas Brawijaya (UB), Malang, Jawa Timur (Jatim).

Hal itu dalam rangka untuk menyerap pandangan para akademisi Universitas Brawijaya terkait pengelolaan produk Cukai Hasil Tembakau (CHT), baik dari sisi kesehatan, cukai tembakau, hingga pengembangan pertanian tembakau.

"Ini menjadi masukan yang berharga bagi kami. Sehingga, memperkaya pengetahuan BAKN sebelum kami mengambil kesimpulan pada saat Rapat Kerja dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu)," jelas Ketua BAKN DPR RI Wahyu Sanjaya dalam pertemuan Kunspik, Senin (5/12/2022).

Terkait adanya rencana kenaikan tarif cukai hasil tembakau untuk dua tahun sekaligus sebesar 10 persen pada tahun 2023 dan 2024, Wahyu menuturkan, bahwa kenaikan cukai hasil tembakau tersebut tidak berdampak kepada petani tembakau, akan tetapi yang berdampak pada petani tembakau yaitu terkait regulasi dan tata niaga.

"Apabila ada regulasi dan tata niaga yang baik, maka petani akan lebih diuntungkan. Karena sebenarnya produksi dari petani tembakau relatif terserap habis, akan tetapi terdapat mediator atau pihak di antara industri rokok dan petani yang justru mendapat keuntungan," papar Politisi dari Fraksi Partai Demokrat itu.

Dalam kunjungan tersebut, Wahyu juga turut menyoroti pro dan kontra terkait penggunaan tembakau. Di satu sisi, cukai hasil tembakau terus digalakkan, akan tetapi di sisi lain regulasi terhadap pengaturan industri rokok juga tetap dicanangkan.

"Kita berharap, kita akan mencari titik temu, di mana dalam hal ini industri tembakau atau rokok tetap bisa berjalan dan berkembang, dan penerimaan negara juga tetap bisa bertambah dari sektor ini. Mungkin kita juga harus segera memperhatikan dampak kesehatan dari gula, di mana kita berharap dalam lima tahun ke depan, pendapatan cukai dari gula, bisa juga mendekati pendapatan dari cukai rokok, sehingga bisa mengurangi tekanan terhadap industri rokok," jelas Wahyu.

Diketahui, berdasarkan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tahun 2020, penerimaan negara dari cukai hasil tembakau mencapai Rp179,83 triliun. Nilai tersebut naik 3,67% dari capaian tahun sebelumnya dan berkontribusi sebesar 96,74% dari total penerimaan cukai negara.

Senada dengan Wahyu, Wakil Ketua BAKN DPR RI, Anis Byarwati, juga menyampaikan bahwa kenaikan tarif cukai hasil tembakau ini memang bertujuan awal untuk menekan konsumsi rokok. Akan tetapi, berbagai penelitian menunjukkan bahwa kenaikan tarif tersebut tidak cukup signifikan untuk mengurangi pengonsumsi rokok.

"Karena ternyata masyarakat yang mampu, tidak akan berhenti dari konsumsi rokok karena mereka tetap mampu beli. Kemudian, masyarakat yang menengah, mereka biasanya beralih merek, misal dari harga rokok yang tinggi dia beralih ke merek dengan harga yang lebih rendah. Sementara untuk masyarakat tidak mampu, mereka bahkan bisa melinting sendiri rokoknya," papar Anis.

Untuk itu, Anis berpendapat agar Pemerintah perlu memikirkan strategi selain daripada menaikkan tarif cukai hasil tembakau apabila benar-benar ingin bertujuan menekan atau menurunkan konsumsi rokok di Indonesia. Politisi dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu juga menyoroti hal-hal yang disoroti dari para akademisi Universitas Brawijaya.

"Ada sisi lain dari tembakau, misalnya diversifikasi produk tembakau. Karena memang kontribusi penerimaan cukai terbesar di Indonesia yaitu dari tembakau, sehingga perlu ada jalan keluar untuk hal ini, mengingat, tenaga kerja untuk industri tembakau di Indonesia ini juga cukup tinggi," papar Anis.

Anis juga meminta pemerintah terus menaikkan target dari penerimaan cukai. Oleh karena itu, Anis menilai, para akademisi banyak melakukan penelitian terkait tembakau, terutama para akademisi dari Universitas Brawijaya yang banyak melakukan penelitian terkait tembakau. "Bagaimana tembakau itu bisa dilihat dari berbagai sisi," pungkas Anis.

Turut hadir dalam Kunjungan Kerja Spesifik tersebut Anggota BAKN DPR RI, Bachrudin Nasori, dan kalangan akademisi dari Universitas Brawijaya, diantaranya yakni Sudiarso, Prof. Candra Fajri Ananda, dan sejumlah akademisi lainnya.

0

(['model' => $post])