Nusantaratv.com - Anggota Panitia Pengawas (Panwas) Haji DPR RI Tuti Nusandari Roosdiono menilai pelayanan haji Indonesia secara keseluruhan berjalan dengan baik. Hal itu didapatkannya setelah melakukan monitoring terhadap pelayanan haji dengan melihat langsung beberapa fasilitas, pemondokan, hingga katering.
Adapun pemondokan yang dilakukan peninjauan sebagian besar berada di Kawasan Misfalah yang ditempati jemaah haji Indonesia. Selain itu, ia juga melakukan serangkaian pertemuan langsung dengan jamaah haji, baik pada skala kecil maupun besar.
“Kami ingin mengetahui secara langsung kondisi jamaah dan bagaimana pelayanan panitia kepada mereka. Maka kami sengaja blusukan menemui mereka agar bisa melihat kondisi riilnya kondisi secara dekat,” terang Tuti dalam keterangan tertulis kepada Parlementaria, di Jakarta, Rabu (28/6/2023).
Ia sampaikan pada skala kecil, ia menyapa sebagian jamaah yang ada di hotel 1013 dan 1009 di Kawasan Misfalah kawasan misfalah. Ia sempat menanyakan kondisi hotel dan terutama pelayanan kesehatan dari petugas kloter dan klinik satelit. Menurutnya, persoalan kesehatan ini penting disoroti sebab menyangkut langsung dengan kesempurnaan pelaksanaan haji.
“Pada skala ini kami menjumpai respon yang baik dari para tim kesehatan walaupun dengan peralatan dan kondisi terbatas. Mungkin tahun depan mulai dipikirkan klinik satelit yang lebih berstandar walaupun tdk sama dengan KKHI sebagai klinik rujukan,” jelas Politisi Fraksi PDI-Perjuangan itu.
Pada skala besar, ia sempat berkumpul dengan jamaah haji asal Kabupaten Kendal, yang kebetulan berada dalam satu hotel Nomor 1009 di Misfalah bersama sebagian jemaah asal Semarang dan Wonosobo.
“Kami melihat suasana kekeluargaan yang kompak di antara mereka dan semangat tinggi dalam melaksanakan ibadah. Kasihan dong kalau potensi begini tersia-sia kan karena ada problem apalagi cela dalam pelayanan panitia maupun maktab,” ujar wakil rakyat dari Dapil Jawa Tengah I ini.
Ia menambahkan jumlah jemaah Lansia yang begitu banyak di hampir tiap kloter memang memunculkan problematika tersendiri. Karena itu, ia meminta kepada panitia di semua wilayah agar tingkat pengawasannya harus ekstra. Sebab, tambahnya, penyakit ringan untuk orang muda biasanya menjadi berat untuk Lansia. Seperti, misalnya sakit batuk dan pilek sangat mungkin mengganggu bagi para Lansia..
“Sehingga ibadah pun menjadi kurang khusyuk dan maksimal. Ini yang saya rasa perlu konsep lebih khusus dalam melindungi mereka. Kemudian saya mengetahui ada beberapa anjuran dan keharusan via whatsapp maupun tempelan yang mesti dilakukan oleh para panitia haji maupun jamaah untuk melindungi lansia. Di sini saya acungi jempol untuk mereka,” ujar Anggota Komisi IX DPR RI ini.
Diketahui, untuk pelayanan kesehatan setidaknya ada 6 (enam) layanan Kesehatan yang diberikan oleh Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi 1444 H/2023 M. Yaitu, Pertama, Tenaga Kesehatan Haji (TKH) di masing-masing kloter haji yang terdiri dari 1 orang dokter dan 2 perawat. TKH ini melekat di setiap kloter untuk memberikan layanan yang bersifat medis hingga rujukan, promotif, dan preventif, serta pengawasan sanitasi dan makan. Kedua, tim promosi kesehatan yang bertugas untuk memberikan penyuluhan deteksi dini dan perlindungan spesifik kepada jemaah haji Indonesia di Arab Saudi.
Ketiga, tim kegawatdaruratan medik yang fokus melaksanakan deteksi dini kegawatdaruratan dan memberikan pelayanan respon kegawatdaruratan di klinik sektor, sektor khusus, hingga Arafah dan Mina. Keempat, Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) yang merupakan fasilitas pelayanan kesehatan di 3 Daerah Kerja (Daker) yaitu Makkah, Madinah, dan Bandara. Kelima, tim sanitasi dan pengawasan makanan yang bertugas untuk inspeksi kesehatan lingkungan, penyelidikan surveilans dan penanganan KLB di KKHI dan penginapan jemaah haji, hingga pengawasan makanan di dapur catering. Terakhir, Keenam, Tim Obat dan Perbekalan Kesehatan yang memastikan pengadaan, pengelolaan, dan distribusi obat serta perbekalan Kesehatan.
“Adapun dalam layanan katering, menurut kami itu sudah sangat cukup dengan jatah tiga kali sehari. Sebagian jamaah malah mengaku ada (makanan) yang tidak kemakan karena alasan kenyang. Namun yang mungkin perlu diperhatikan untuk berikutnya adalah masalah lauk yang perlu penambahan sayur. Paling tidak tiga atau empat kali dalam seminggu supaya menjadi penyeimbang asupan daging yang lebih dominan,” tambahnya.
Untuk layanan tranportasi dengan bus shalawat yang beroperasi dua puluh empat jam di depan hotel, ia menilai hal itu sudah sangat baik. Ia menilai semoga hal tersebut dapat menjadi pemicu kepuasan jemaah terhadap pelayanan bidang lainnya.
“Kami mendengar testimoni mereka tentang ini, bahwa besarnya ongkos taksi saat mereka menggunakan jasa ini menjadi inspirasi betapa besarnya biaya yang harus mereka keluarkan untuk bepergian ke Masjidil Haram,” jelasnya.
Terakhir, soal pelayanan pihak hotel yang memiliki masalah sama dengan lainnya. Masalah yang dihadapi adalah AC yang mati pada sebagian kamar, kerusakan fasilitas mandi, bahkan sprei yang tidak diganti kecuali diminta oleh jemaah.
“Ketika diminta petugas maupun jemaah, menghadapi kendala bahasa untuk komunikasi sehingga terkadang membutuhkan waktu lagi,” urainya.
Dalam kegiatan monitoring tersebut, ia turut didampingi oleh petugas kloter 28 SOC Mukhlis Syafiq dan Gus Ulinuha Shodiq. “Sekali lagi kami sampaikan maturnuwun ingkang katah kepada Duo bersaudara Gus Mukhlis dan Gus Nunu yang telah mendampingi kami dalam kegiatan monitoring ini,” tutupnya.