Nusantaratv.com - Anggota Komisi IV DPR RI Yohanis Fransiskus Lema mengkritisi Kementerian Pertanian (Kementan) yang setiap tahunnya melakukan kegiatan impor.
Kegiatan ekspor dan impor memang benar merupakan hal biasa, namun jika dilihat setiap tahunnya impor yang dilakukan bukanlah berkurang, tetapi terus meningkat. Dia khawatir Indonesia terjerat ketergantungan impor, sedangkan impor hanyalah solusi jangka pendek dan seperti tambal sulam.
"Saya ingin katakan bahwa, kalau negara ini, itu memastikan ketersediaan dan surplus pangan strategis itu dari importasi. Karena ini adalah solusi jangka pendek dan tambal sulam," ujar Ansy Lema, sapaan akrab Yohanis Fransiskus Lema dalam Rapat Kerja Komisi IV DPR RI bersama Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo beserta jajaran di Gedung Nusantara, Senayan, Jakarta, Senin (11/4/2022).
Politisi PDI Perjuangan ini khawatir terjadi ketergantungan impor yang semakin tinggi terus menerus karena selalu diberi ruang tanpa solusi lain. "Ini terjadi karena adanya politik pembiaran, Pak (Mentan). Semacam ada ruang yang diberikan, sehingga kemudian perburuan rente dari kuota impor itu terus-menerus terjadi," jelasnya.
Ansy Lema memberikan contoh salah satu komoditas yang selalu mengalami permasalahan stok sehingga selalu harus dilakukan impor, yaitu komoditas kedelai. Komoditas kedelai dari tahun ke tahun, jumlah impornya semakin tinggi sedangkan jumlah produksi dalam negerinya selalu menurun. Untuk itu, Kementan memiliki komitmen untuk memprioritaskan peningkatan kedelai pada tahun 2022.
Anggota DPR RI dapil NTT II ini juga mempertanyakan mengenai Kementan dalam mencapai komitmennya, lantaran menurutnya ada empat permasalahan mengenai sedikitnya produksi kedelai dalam negeri ini. Pertama, menyusutnya lahan produksi kedelai karena alih fungsi lahan.
Kedua, keuntungan usaha pertanian kedelai yang dinilai kecil dibanding komoditas lain. Ketiga, kedelai susah tumbuh di daerah yang beriklim tropis seperti Indonesia. Terakhir, kualitas dan kapasitas SDM dari petani masih sangat tradisional.