Kurikulum PT Harus Lebih ‘Applicable’ Supaya Terserap Maksimal di DUDI

Nusantaratv.com - 18 Januari 2023

Wakil Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sajifudian saat RDPU dengan KADIN dan HIMPI di Senayan, Jakarta. Foto: Dep/nr
Wakil Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sajifudian saat RDPU dengan KADIN dan HIMPI di Senayan, Jakarta. Foto: Dep/nr

Penulis: Supriyanto

Nusantaratv.com - Kurikulum Pendidikan Tinggi (PT) harus lebih applicable untuk memenuhi dunia usaha dunia industri (DUDI) yang saat ini bergerak lebih cepat daripada pendidikan. Digitalisasi dan hilirisasi industri menjadi penting baik itu bagi pengusaha maupun pekerja agar dapat mengikuti perkembangan zaman.

“Diperlukan manpower education plan bagi perguruan tinggi  Indonesia agar lulusannya dapat terserap secara maksimal. Karena memang lulusan perguruan tinggi saat ini harus memiliki skill sesuai dengan kebutuhan industri,” kata Wakil Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sajifudian saat RDPU dengan KADIN dan HIMPI membahas tantangan daya serap perguruan tinggi terhadap DUDI, Selasa (17/1).

Dalam pertemuan itu, lanjut Hetifah, pihak KADIN mengusulkan rekomendasi untuk perguruan tinggi di Indonesia, daintaranya; melakukan pemisahan antara belajar dan asesmen; membuat perguruan tinggi lebih inklusif; penekanan pada pentingnya fundamental skill dan soft skill saat seleksi masuk dan syarat kelulusan; dan penguatan pendidikan vokasi dan pelatihan vokasi.

Sedangkan usulan dari HIPMI sebagai rekomendasi kebijakan diantaranya: penguatan inkubator bisnis sebagai venture builder; penguatan kolaborasi antara civitas akademika dengan mahasiswa untuk akselerasi pertumbuhan wirausaha; sosialisasi oleh pemerintah ke pelaku usaha secara masif dan berkala terkait Kedai Reka Matching Fund maupun riset; peningkatan peran swasta dalam komersialisasi riset dan inovasi; dan optimalisasi peran BUMN.

“Gagasan dari HIPMI dan KADIN seperti adanya venture builders ini sangat menarik. Karena selama ini kampus-kampus memiliki inkubator bisnis, tetapi tentu harapannya tidak berhenti disana saja. Karena jika kita bicara mahasiswa yang ingin berwirausaha pasti banyak. Tetapi yang benar-benar menjadi pengusaha mungkin hanya 5 persen saja,” terang Legislator F-Golkar itu.

Sebelumnya, Ketua Komite Tetap Teknologi Pendidikan KADIN, Sabda menyampaikan bahwa dunia industri bergerak jauh lebih cepat daripada pendidikan. Oleh karena itu, kurikulum pendidikan tinggi sekarang harus lebih applicable untuk kebutuhan industri. Hal ini didukung oleh Akbar Himawan Buchari selaku Ketua HIPMI, yang menegaskan bahwa digitalisasi dan hilirisasi industri menjadi penting baik itu bagi pengusaha maupun pekerja agar dapat mengikuti perkembangan jaman.

 Kemudian, Anggota HIPMI Lutfi Ginanjar menyampaikan saat ini anak muda Indonesia bisa dikatakan sebagai useless generation karena untuk mencari kerja maupun untuk membuat usaha sulit. Namun, Perguruan Tinggi di Indonesia masih memiliki potensi. Apalagi dengan adanya MBKM, ini sangat membantu sekali.

0

(['model' => $post])