Nusantaratv.com - Ketua DPR RI Puan Maharani bertemu dengan Presiden Korea Selatan, Yoon Suk-yeol. Ia datang bersama Presiden ke -5 RI Megawati Soekarnoputri.
Puan dan Megawati diterima Presiden Yoon Suk-yeol di Istana Kepresidenan Korea Selatan atau Blue House yang terletak di Seoul, Kamis (10/11/2022). Megawati sendiri menjadi salah satu tokoh yang diundang saat pelantikan Yoon Suk-yeol sebagai Presiden Korea Selatan bulan Mei lalu.
“Annyeonghaseyo, terima kasih atas sambutan hangat bapak Presiden Yoon Suk-yeol, yang telah menerima kunjungan saya di Seoul,” kata Puan dalam pertemuan.
Perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI itu pun lalu menyampaikan belasungkawanya atas Tragedi Itaewon yang menewaskan 156 orang. Sebelum bertemu Presiden Yoon, Puan baru saja mengunjungi lokasi Tragedi Itaewon untuk memberi penghormatan kepada korban dengan memanjatkan doa dan meletakkan bunga.
“Saya berharap pertemuan ini dapat menjadi momentum yang tepat bagi kita untuk memperkuat kerja sama Indonesia dengan Republik Korea,” tuturnya.
Menurut Puan, hubungan diplomatik Indonesia dan Korea Selatan yang sudah terjalin sejak tahun 1973 harus semakin ditingkatkan. Hubungan bilateral kedua negara pun telah memasuki babak baru sejak November 2017, melalui Joint Vision Statement for Co-Prosperity and Peace di mana kedua pemimpin negara sepakat untuk meningkatkan status kemitraan menjadi special strategic partnership.
“Kerjasama antar parlemen Indonesia dan Korea Selatan juga perlu terus dikembangkan agar tidak tertinggal dari yang dilakukan pemerintah dan pihak swasta. Hubungan kedua negara akan semakin solid jika terdapat hubungan erat antar parlemen kedua negara,” ujar Puan.
Lebih lanjut, Puan mendorong agar Indonesia dan Korea Selatan terus memperkuat kerja sama dalam menghadapi tantangan global. Khususnya dalam isu perdamaian, tingginya inflasi, tingginya harga energi dan pangan, perubahan iklim, mengatasi pandemi, dan lain-lain.
“Saya juga mengapresiasi pada awal Covid-19 pemerintah dan rakyat Korea Selatan telah membantu Indonesia berupa obat-obatan, hingga peralatan medis,” sebutnya.
Puan lantas mendorong agar dilakukan pengembangan people-to-people contact penting dalam mendukung kerja sama kedua negara yang lebih kokoh. Sebab hubungan pemerintah disebut dapat mengalami pasang surut, namun kerjasama antar negara dapat berlangsung solid jika terdapat hubungan erat antar masyarakatnya.
“Saya berharap pemerintah Korea dapat memberikan kemudahan visa masuk bagi WNI yang akan berkunjung ke Korea. Tingginya intensitas hubungan kedua negara menyebabkan banyaknya kunjungan WNI ke Korea,” ungkap Puan.
Pertemuan tersebut juga membahas soal hubungan ekonomi, pertahanan, hingga pendidikan antara Indonesia dengan Korea Selatan. Puan mengapresiasi peningkatan tren perdagangan kedua negara di tahun 2021 yang mencapai USD 18 miliar di mana investasi Korea di Indonesia juga tumbuh dua kali lipat.
Puan berharap nilai perdagangan dan investasi Korea Selatan di Indonesia tahun 2022 akan tumbuh lebih besar yang ditunjang oleh tingginya angka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2022 lalu sebesar 5,72%. Untuk itu, Puan mendorong implementasi konkret dari IK-CEPA agar dapat menciptakan kesejahteraan rakyat kedua negara.
Beberapa perkembangan hubungan ekonomi kedua negara lainnya yang turut dibahas dalam pertemuan seperti investasi Korea dalam pengembangan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara yang akan menyerap banyak tenaga kerja. Puan juga menyinggung soal investasi strategis industri mobil listrik dan baterai.
“Saya harapkan kerja sama bidang mobil listrik akan berkontribusi untuk penanganan perubahan iklim. Ke depan diharapkan dapat dilakukan kerja sama riset dan pengembangan ekosistem kendaraan listrik tersebut,” ujar mantan Menko PMK
Ditambahkannya, Indonesia dan Korea Selatan perlu juga menjajaki lebih banyak kerja sama pendidikan. Apalagi, kata Puan, jumlah pelajar Indonesia di Korea Selatan yang baru hanya 2.000 orang saja masih kecil dibandingkan pelajar negara Asia lain di negeri ginseng tersebut.
Sementara itu beberapa bidang riset yang dapat dikerjasamakan oleh kedua negara antara lain Green Economy, Blue Economy, Technology and Medical Device, Penerapan Technology, dan science, technology, engineering, dan mathematics (STEM).
Sama seperti yang disampaikan ketika melakukan pertemuan bilateral dengan Ketua Majelis Nasional Korea Selatan Kim Jin-pyo, Puan meminta Presiden Yoon memberi perhatian lebih terhadap sekitar 39.000 warga Indonesia yang berada di Korea Selatan.
“Mohon perhatian dan dukungan bapak Presiden Yoon Suk-yeol terhadap para WNI di Korea Selatan, agar mereka dapat beraktivitas dengan baik, dan hak-haknya terjamin,” ucapnya.
Puan berharap Indonesia dan Korea dapat terus menjalin kerja sama yang berguna bagi kemakmuran rakyat kedua negara.
“Momentum tahun 2023 sebagai peringatan 50 tahun hubungan Korea-Indonesia perlu untuk dimaknai dengan kerja sama konkret yang bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat kedua negara. Terima kasih, kamsahamnida,” sambung Puan.
Hal senada juga disampaikan oleh Presiden Yoon Suk-yeol. Ia berharap hubungan kerja sama Indonesia dan Korea Selatan yang sudah terjalin sejak 50 tahun lalu harus terus ditingkatkan.
Pertemuan Puan dan Megawati bersama Presiden Yoon sebemarnya dijadwalkan hanya berlangsung 30 menit. Namun karena pembicaraan hangat yang akrab, pertemuan menjadi semakin lama hingga mencapai lebih dari satu jam.
“Pembicaraan bukan hanya tentang masalah kenegaraan saja tapi juga soal keluarga masing-masing. Berbagai persoalan internasional pun ikut dibahas dalam pertemuan Ibu Puan, Ibu Megawati, dan Presiden Yoon,” jelas Dubes RI untuk Korea Selatan, Gandi Sulistiyanto yang ikut hadir dalam pertemuan.
Menurut Gandi, Presiden Yoon sangat antusias mendengarkan kisah-kisah tentang Bung Karno, khususnya mengenai hubungan Presiden Pertama RI itu dengan Bangsa Korea. Bung Karno memang menjadi tokoh yang cukup dihormati, baik oleh Korea Selatan maupun Korea Utara. Hubungan erat Bung Karno dengan Korea berlanjut sampai ke Megawati dan Puan.
“Kepada Presiden Yoon, Ibu Mega mengutip pesan Bung Karno yang mengatakan bangsa Asia sebenarnya lebih kaya dari bangsa lain dari sisi sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM), tapi harus bersatu,” terang Gandi.